Slogohimo, mitrapolrinews.com - Dalam rangkaian acara Festival Literasi
Slogohimo 2024, sebuah kegiatan berjudul Gelar Wicara 2 digelar dengan
tema "Urgensi Pelestarian Cerita Rakyat (Peningkatan Literasi
Budaya)." Acara ini diadakan pada hari Sabtu, 10 Agustus 2024, bertempat
di Pendopo Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Menghadirkan
diskusi mendalam tentang pentingnya cerita rakyat, peran masyarakat dalam
pelestarian cerita rakyat, serta penulisan cerita rakyat, kegiatan ini berhasil
menarik perhatian para peserta yang terdiri dari berbagai kalangan.Festival Literasi Slogohimo 2024: Menyadari Urgensi Pelestarian Cerita Rakyat untuk Peningkatan Literasi Budaya
Pentingnya Cerita Rakyat dalam Budaya Lokal
Kun Prastowo, seorang penulis buku cerita rakyat asal Slogohimo, Wonogiri,
menjadi pemateri utama dalam acara ini. Dalam pemaparannya, Kun menekankan
betapa pentingnya cerita rakyat sebagai bagian dari identitas dan kekayaan
budaya lokal. Cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai hiburan atau pengisi
waktu luang, tetapi juga menyimpan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang
diwariskan dari generasi ke generasi.
"Melalui cerita rakyat, kita dapat mengenal lebih dekat sejarah, adat
istiadat, dan filosofi hidup masyarakat terdahulu. Cerita-cerita ini juga
berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada
anak-anak dan generasi muda. Oleh karena itu, pelestarian cerita rakyat
merupakan suatu keharusan untuk menjaga warisan budaya kita agar tidak punah di
tengah arus globalisasi," ujar Kun dengan penuh semangat.
Peran Masyarakat dalam Pelestarian Cerita Rakyat
Dalam diskusi yang berlangsung interaktif ini, Kun Prastowo juga membahas
peran penting masyarakat dalam pelestarian cerita rakyat. Menurutnya,
masyarakat memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan melestarikan cerita
rakyat agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi berikutnya. Salah satu cara
efektif yang bisa dilakukan adalah dengan mengumpulkan, mendokumentasikan, dan
menyebarkan cerita-cerita rakyat tersebut melalui berbagai media.
Kun mencontohkan, bahwa orangtua bisa menceritakan kisah-kisah rakyat kepada
anak-anak sebelum tidur atau ketika berkumpul bersama keluarga. Sementara itu,
komunitas dan kelompok masyarakat dapat menyelenggarakan kegiatan seperti lomba
bercerita atau menulis cerita rakyat untuk memperkenalkan cerita-cerita ini
kepada anak-anak dan remaja.
"Pelestarian cerita rakyat bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau
lembaga budaya, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat. Dengan
melibatkan seluruh lapisan masyarakat, cerita rakyat akan tetap hidup dan
relevan dalam kehidupan kita sehari-hari," jelas Kun.
Penulisan Cerita Rakyat: Tantangan dan Peluang
Selain pelestarian melalui cerita lisan, penulisan cerita rakyat juga
menjadi topik utama yang dibahas dalam Gelar Wicara 2 ini. Kun Prastowo
mendorong para penulis, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, untuk
menuliskan cerita-cerita rakyat dalam bentuk yang lebih modern dan mudah
dipahami oleh pembaca masa kini.
"Penulisan cerita rakyat memerlukan kreativitas tanpa menghilangkan
esensi dari cerita tersebut. Dengan bahasa yang lebih sederhana dan gaya
penulisan yang menarik, cerita rakyat bisa lebih mudah diterima oleh anak-anak
dan remaja. Selain itu, penerbitan cerita rakyat dalam bentuk buku, komik, atau
bahkan film animasi bisa menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan
cerita-cerita ini kepada khalayak yang lebih luas," ungkap Kun.
Acara ini dipandu oleh Dhiyan Restu sebagai moderator, yang dengan cekatan
memandu jalannya diskusi sehingga berlangsung dinamis dan penuh antusiasme.
Para peserta pun aktif mengajukan pertanyaan dan memberikan pandangan mereka
mengenai pelestarian dan penulisan cerita rakyat.
Rangkaian Acara Festival Literasi Slogohimo 2024
Gelar Wicara 2 ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan
dalam Festival Literasi Slogohimo 2024, yang diinisiasi oleh Dalem Pasinaon dan
Imapres Wonogiri. Festival ini juga menggandeng berbagai pihak, seperti Pokja 2
TP PKK Kecamatan Slogohimo dan Starbook Sragen, dengan tujuan menggalakkan
minat baca dan meningkatkan literasi di kalangan masyarakat.
Berbagai kegiatan menarik lainnya juga digelar selama festival, termasuk Pasar
Buku Ketjil-Ketjilan yang menghadirkan bazar buku murah, Gelar Wicara
1 yang membahas sosialisasi Imapres dan penguatan literasi digital,
lokakarya pembuatan makram, Dolan Literasi Wonogiri, serta Gerakan
Wonogiri Membaca.
Dengan mengusung tema "Menebar Kini, Menuai Nanti," Festival Literasi Slogohimo 2024 diharapkan dapat membangkitkan semangat literasi di kalangan masyarakat, khususnya di Kecamatan Slogohimo. Meskipun proses berliterasi memerlukan waktu dan upaya yang konsisten, namun dengan semangat yang terus digalakkan, hasilnya akan terasa di masa mendatang.
Acara ini bukan hanya sekadar ajang berkumpul, tetapi juga merupakan langkah penting dalam menanamkan budaya literasi dan melestarikan kekayaan budaya bangsa melalui cerita rakyat. Harapan besar digantungkan pada generasi muda agar mereka dapat meneruskan warisan budaya ini dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawab.
0 Komentar